Rabu, 03 Januari 2018

DEAR MANTAN, MAAFKAN AKU YANG DULU DAN SEKARANG

Masih ingat dengan istilah 'Dear mantan maafkan aku yang dulu'? istilah itu cukup ngetrend di tahun 2016 hingga awal 2017. Saat ini di awal tahun 2018 ingin menulis hal itu. Kadaluwarsa memang, tapi bagi orang-orang yang baru move on, mungkin ini cocok. Di awal 2018 ini, ingin rasanya menulis sesuatu untuk mantan. Ya, bagaimanapun mantan adalah salah seorang yang berjasa di hidupku. Dengan adanya dia dimasa lalu, ada aku di masa sekarang. Aku yang lebih baik, yang lebih kuat dan tegar serta kamu yang bertambah dewasa dalam menyikapi masalah.

Hai Mantan~~~

 
Hai kamu... iya kamu yang dulu pernah ada dalam kisah cintaku. Bagaimana kabarmu hari ini? Masih ingat denganku kan? Semoga kebersamaan kita yang hampir 3 tahun itu tidak membuatmu mudah melupakanku. Yank, aku masih suka memanggilmu begitu. Tapi, perasaan sayang itu sudah menguap entah kemana. Panggilan itu, kini hanya sebatas tidak mudah mengubah kebiasaan memanggilmu dengan sebutan Yank selama 3 tahun itu.

Yank, masih kah kau menyimpan rasa pada kisah kita yang telah lalu? Bagian mana yang masih kau simpan? Saat kita tertawa bersama karena tingkah konyol kita atau saat derai air mata saat kita terkoyak jarak? atau saat kita saling melempar amarah karena kecemburuan? Aku harap bagian yang baik saja yang kau simpan, yang buruk jangan ya? Aku tidak mau kau mengenangku dengan cara yang buruk.

Maafkan Aku Yang Dulu


Yank, setelah sekian lama kita berpisah aku menyadari banyak hal. Tentang hubungan kita yang carut marut, tentang kita yang dipaksa bertahan oleh keadaan, hingga kita akhirnya menyerah dan saling meninggalkan. Ah, bukan, lebih tepatnya aku menyerah dan akhirnya meninggalkan.

Maaf, karena ketidakmampuanku membangun kisah yang indah denganmu, kau sampai harus buat kisah dengan orang lain. Dan aku berterima kasih, setidaknya kau sudah jujur. Ya, walaupun sebenarnya aku ingin marah, bahkan rasanya aku ingin mematahkan tulang kakimu. Tapi itu hanya akan menyakitimu dan aku tidak mendapatkan apa-apa dari menyakitimu.

Maafkan aku yang tidak bisa menjadi apa yang kamu harapkan. Karena tidak bisa memenuhi ekspektasi sebagaimana sosok ideal di kepalamu. Adalah kewajaran jika kamu menginginkanku menjadi orang yang lebih baik, menjadi orang yang kelak layak untuk mejadi pendampingmu. Tapi maaf, semakin lama saran-saranmu untukku berubah menjadi tuntutan. Kamu mulai membandingkan aku dengan teman sekelasmu atau teman-temanmu yang lainnya. Kamu tidak sedang menginginkanku menjadi orang yang lebih baik. Kamu hanya menginginkan sosok dia ada dalam diriku. Maaf, aku bukan dia.

Tak apa, kau tak perlu datang. Aku sudah memaafkan




Tak apa Yank, kau tidak perlu datang kembali dan meminta maaf. Aku sungguh sudah memaafkanmu. Tak apa, bukan hanya kamu yang melakukan kesalahan. Aku pun sama. Waktu itu aku juga salah. Kita sama-sama salah. Kita hanya dua orang naif yang mempertahankan ego masing-masing.


Setelah ditelan kemarahan dan menyalahkanmu selama ini, aku mulai menyadari satu hal. Bahwa yang salah dalam hubungan ini adalah aku. Mulanya ada pada diriku. Bukankah diawal kau sudah memperingatkan tentang jarak yang akan kita hadapi, tentang aku yang harus menunggu lebih lama karena studymu, tentang kamu yang terpaut usia di bawahku. Tapi aku memaksa untuk memilikimu. Pikirku, bukankah kita sama-sama saling sayang? Bagiku, jarak, usia dan berat badan hanyalah sekedar angka. Ah, sudahlah. Itu sudah berlalu. Aku minta maaf sudah memberimu banyak beban.

Tentang segala sesuatu yang telah kamu lakukan, tentang hal-hal menyakitkan yang kau lakukan. Sungguh, aku sudah memaafkan. Berjalanlah kedepan dan jangan menoleh. Kamu tak lagi perlu kembali dan meminta maaf. Mari kita cari jalan masing-masing. Semoga kamu menemukan orang lain yang lebih baik dari aku. Semoga kamu menemukan orang yang bisa memenuhi segala ekspektasimu dan kalian bisa berbahagia bersama.

Akupun sama, aku hanya akan menegakkan kepala dan terus berjalan, aku tidak lagi perlu merasa kalah karena gagal membahagiakanmu. Aku juga berhak bahagia. Semoga nanti aku menemukan seseorang yang bersedia kucintai walau dengan cara yang sederhana. Seseorang yang bisa menerimaku seapaadanya aku, sehingga aku tidak perlu bersusah payah menjadi orang lain untuk membahagiakannya. Aku akan memberikan segala yang terbaik untuknya, sekalipun aku tidak bisa menjanjikan banyak kebahagiaan untukknya, setidaknya aku berani menjamin untuk tetap mendampingi pada masa paling buruk di hidupnya. I deserve to be happy, i deserve for better intention of new person.

Kau, tak perlu lagi datang walau hanya sebagai kenang.





0 komentar:

Posting Komentar