Jumat, 09 Februari 2018

SAHABATKU, MAAF AKU MEMBELA MANTANKU


Aku bahagia punya kalian, sahabat-sahabatku yang sangat luar biasa. Kalian adalah hadiah terbaik dari Tuhan untukku. Terima kasih sudah mendukungku sedemikian rupa. Menyemangati dalam duka terburuk dan mengapreasiasi setiap pencapaian-pencapaian kecil dalam hidupku. Kalian adalah teman menyenangkan yang sepemikiran dalam segala hal.

Aku berterima kasih kepada kalian karena kalian adalah makhluk yang paling kokoh membelaku. Kalian adalah teman yang menyemangati tanpa membully aku yang baru saja putus cinta. Bahkan kalian ikut memaki dia karena telah menyakitiku sedemikian rupa. Itu membuatku senang, pasti. Karena aku merasa ada orang yang mau memahami penderitaanku.Tapi kali ini ijinkan aku untuk bersebrangan dengan kalian. ijinkan aku membela seseorang yang kalian musuhi habis-habisan itu. Dia adalah mantanku. Ya, mantan pacarku yang meninggalkanku untuk orang lain. Pria yang membuat kalian berang ketika aku datang ke kamar kost kalian dengan berurai air mata ditengah badai hujan malam itu.

Aku sepenuhnya memahami bahwa setiap tindakan kalian kepadanya adalah sebuah upaya menunjukkan dukungan kepadaku. Adalah bentuk solidaritas kalian atas keadaanku yang berhari-hari berderai air mata, tidak mau makan, tidak bisa pergi kuliah karena terpukul (Lebay ya?). Dan belakangan aku tahu kalian menerornya di semua media sosialnya, Facebook, Twitter, Instagram bahkan kalian mengirim pesan singkat ke ponselnya. Awalnya aku senang-senang saja dengan tindakan kalian, itu membuatku merasa mendapat dukungan. Itu membuatku puas, seolah-olah dialah yang salah dan menjadi penyebab terpuruknya aku. Tapi lama kelamaan, aku merasa kalian terlalu masuk kedalam masalahku dan dia. Bukannya semakin jernih masalah diantara kami, justru malah tindakan kalian membuatnya semakin buruk.

Beberapa kali aku mengamati kata-kata kalian yang kalian post di akun media sosial kalian, sungguh itu sangat menyakitkan bagi siapa saja yang membacanya. Kalian menyindirnya habis-habisan di linimasa akun media sosial kalian. Mengiriminya pesan, menulis di kolom komentar di setiap postingannya dengan kata-kata yang tidak sepantasnya diungkapkan. Memakinya, mengatainya sebagai pria brengsek, pria matre, hanya ingin enaknya saja, bahkan tidak lupa kalian mengabsen semua penghuni kebun binatang. Well, itu sudah keterlaluan sekali.

Yang paling menyedihkan dari tindakan kalian adalah mengirim pesan lewat whatsappnya dan memakinya. Menanyai alasan dia meninggalkanku dan apa kekuranganku sehingga dia meninggakalkanku. Tapi kalian bukanlah kalian jika dengan mudah menerima penjelasan dan permintaan maaf darinya. Bahkan kalian stalk akun media sosial pacar baru mantanku. Memang tidak sampai memaki dia juga, hanya memberi "like" atau "Love" di semua postingannya. Seharusnya tidak masalah, tapi masalahnya adalah kalian melakukan itu pada postingannya dari yang terbaru hingga terlama dan di semua akun media sosialnya. Itu mengerikan.

 Tolong, berhentilah melakukan tindakan seperti itu. Itu bukanlah cara yang bijaksana. Kenyataan aku sudah putus dengannya tidak akan berubah. Alih-alih hubungan yang semakin membaik dengannya, justru malah semakin buruk dengan tindakan kalian. Tolong berhentilah. Dukungan yang aku harapkan cukup dengan menemaniku saat menangis, mendengarkan curhatanku walau kalian sudah bosan. Menemaniku pergi jalan-jalan untuk mencari pengalih perhatian. Nasihat-nasihat positif dari kalian adalah hal yang paling aku butuhkan. Afirmasi positif tentang kesabaran dan keikhlasan adalah hal terbaik yang bisa kalian berikan untukku. Itu mempermudahku untuk move on.

Cobalah melihat masalah dari sudut pandang mantanku juga. Bisa jadi dia meninggalkanku bukan karena dia tidak bisa menerimaku apa adanya, tapi karena aku tidak bisa menjadi sebagaimana mestinya. Bukankah akan semakin buruk jika aku terus bersamanya, sedangkan masing-masing dari kita tak lagi mampu memenuhi ekspektasi kami satu sama lain. Bukankah semakin menyakitkan bila akhirnya kita tetap bersama tetapi saling menyakiti.

Jika kalian mau mendengar lebih banyak darinya, kalian akan memahami alasannya meninggalkanku untuk orang lain. Jika kalian mau mengerti sudut pandangnya, sungguh kalian akan berterima kasih karena dia sudah meninggalkanku. Dengan begitu aku lebih kuat, lebih dewasa dalam menyikapi masalah.

Siapapun yang meninggalkan pasti punya alasan dan alasannya sudah pasti benar bagi dirinya, tidak peduli seberapa kuat kalian menyalahkan, keputusannya adalah yang terbaik bagi dirinya.











0 komentar:

Posting Komentar